Warga Palestina membantu pria Palestina lain setelah ia dipukuli oleh polisi Israel selama bentrokan di Kota Tua Yerusalem (13/9/2015). (REUTERS/Ammar Awad)
Seorang profesor yang juga penulis sejumlah buku mengenai Kaum Arab dan Yahudi di Yerusalem, Menachem Klein, mengatakan wajah Yerusalem sekarang berbeda dengan masa lalu.
"Dulu Yerusalem adalah kota metropolitan. Sebelum terjadi konflik antara dua negara, banyak sekali orang yang datang ke Yerusalem," kata Klein, di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa, 15 Desember 2015 .
Sebagai kota tertua, Yerusalem menjadi tempat belajar yang ideal bagi umat Islam, Nasrani dan Yahudi. Namun setelah terjadi konflik berdarah, semuanya berbeda.
"Oleh karena itu mengapa harus ada konflik, jika sebelumnya semua agama dan latar belakang hidup secara berdampingan? Umat Muslim dulu belajar bahasa Latin. Mereka familiar dengan perayaan orang Yahudi dan saya banyak menemukan banyak orang Yahudi melakukan kontak dengan orang Arab (Muslim)," ujar dia.
Lalu, ujar Klein, tempat ibadah yang ada di Yerusalem sebelumnya digunakan secara bersama-sama oleh tiga agama besar itu. Namun sekarang keadaan sangat berbanding terbalik melihat banyaknya serangan dan kekerasan yang ada di situs suci Al-Aqsa.
Selama puluhan tahun Palestina dan Israel saling terlibat dalam konflik yang tak berkesudahan terkait dengan wilayah perbatasan di kota Yerusalem. Menurut Klein, penyelesaian konflik harus dimulai terlebih dulu antarkedua negara.
"Yang bisa menyelesaikan konflik terutama adalah kedua warga negara, baik Israel dan Palestina. Israel harus membuka diri mereka untuk mau menerima warga Palestina yang ada di perbatasan. Terima mereka masuk ke rumah dan begitu juga sebaliknya," katanya saat memberikan materi pada acara Konferensi Internasional Mengenai Yerusalem di Jakarta.
Ia mengakui, Palestina memang sangat membutuhkan bantuan internasional untuk menyelesaikan konflik ini.
"Israel lebih kuat dari Palestina. Karena itu dari sisi Israel seharusnya mereka membantu Palestina untuk hidup dan mendapat hak mereka. Israel harus mempersilakan mereka membangun institusi di Yerusalem dan izinkan mereka untuk mengklaim residen mereka," ujarnya.
Menurut Klein, kondisi ini terjadi karena Israel tak pernah melihat Palestina sebagai negara yang setara dengan Israel. Israel merasa pihaknya memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada Palestina dan memanfaatkan hal itu untuk melakukan kekerasan.
Israel, ujarnya, harus menerima agama, latar belakang dan hak yang setara di Yerusalem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar